Sejarah Perkembangan Muhammadiyah
Table of Contents
Bidang Keagamaan
Jauhnya umat Islam dan ajaran yang sebenarnya, dikarenakan telah terjadi sinkretisme, yakni pencampur-adukan ajaran Islam dengan tradisi yang berkembang di masyarakat dalam melaksanakan ibadah. Hal ini dapat dilihat dalam praktik keagamaan masyarakat yang masih melakukan perbuatan perbuatan tahayul, bid’ah, khurafat dan syirik.Bidang Ekonomi
Keadaan umat Islam di Indonesia yang mayoritas saat itu masih dipandang rendah oleh pihak penjajah Belanda. Dari sisi ekonomi, kedudukan umat Islam pada umumnya berada dalam keadaan yang terbelakang, hanya sebagian kecil dan umat Islam yang mampu mengembangkan ekonominya.Pada awal abad ke-20, telah tumbuh sejumlah pengusaha pribumi yang dikenal sebagai kelas menengah perkotaan. Usaha-usaha kerajinan tangan dan tekstil mulai tumbuh disepanjang daerah pesisir pantai utara. Namun dihitung modal mereka, jumlahnya jauh Iebih kecil dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan Belanda dan golongan Cina. Karena itulah pengaruh kolonialisme yang diskriminastif menjadikan sebagian umat Islam tersisihkan.
Bidang Pendidikan
Pendidikan di Indonesia saat itu masih terbelah menjadi dua arus utama, yaitu pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah Belanda dan pendidikan pesantren. Bagi pemerintah kolonial Belanda, pendidikan merupakan titik pusat dan strateginya untuk memperkuat cengkeraman kolonialisme di Indonesia. Akan tetapi pendidikan yang diselenggarakan Belanda justru telah membuka ruang kesenjangan yang sedemikian lebar pada sektor budaya dan agama.Bidang Politik
Imperialisme dan kolonialisme telah membuat masyarakat Indonesia tidak berdaya. Kemiskinan dan pemerasan merupakan dampak nyata dan sikap imperialis dan kolonialis Belanda. Sikap politik yang demikian menjadikan masyarakat tidak diberikan kesempatan sedikitpun untuk mengambil tindakan dan kebijakan yang dapat memperbaiki nasib bangsanya. Belanda cukup cerdik dalam memecah belah masyarakat Indonesia, terbukti dengan adanya sebagian golongan masyarakat yang ditarik menjadi pejabat Belanda, yang selanjutnya membawa dampak terpecahnya konsentrasi masyarakat dalam melawan kolonialisme Belanda.K.H. Ahmad Dahlan sebagai Tokoh Pembaruan Islam di Indonesia
K.H. Ahmad Dahlan, bernama asli Muhammad Darwis, lahir di kampung Kauman Yogyakarta pada tahun 1868. Ayahnya, KH. Abu Bakar adalah seorang imam dan khatib Masjid Besar Kauman Yogyakarta. Sementara ibunya, Siti Aminah adalah anak KH. Ibrahim, penghulu besar di Yogyakarta. Dihihat dan garis silsilahnya, Darwis memiIiki garis keturunan dengan Maulana Mahik Ibrahim, salah seorang wali penyebar agama Islam yang dikenal di pulau Jawa.Darwis belajar fiqh dan KH Muhammad Saleh, belajar nahwu dan KH. Muhsin, dan juga belajar ilmu agama Islam lebih lanjut pada kakak iparnya KH. Abdul Hamid di Lempuyangan dan KH. Muhammad Nur. Ketika berangkat Haji Darwis juga belajar kepada guru-gurunya di Arab Saudi. Belajar hadits kepada Kyai Mahfud Termas dan Syekh Khayat, ilmu Qiraah kepada Syekh Amien dan Sayid Bakri Syatha, ilmu falaq pada K.H Dahlan Semarang, dan juga belajar pada Syekh Hasan tentang mengatasi racun binatang. Ketika menunaikan ibadah haji, beliau berkomunikasi dengan berbagai ulama yang berasal dan Indonesia, seperti Kyai Mahfud dari Termas, Syekh Ahmad Khatib, Syekh Jamil Jambek dari Minangkabau, Kyai Nahrowi dan Banyumas, dan Kyai Nawawi dari Banten.
Ketika menunaikan ibadah haji yang kedua pada tahun 1903, beliau bermukim di Arab Saudi selama hampir dua tahun. Disana beliau belajar dengan beberapa ulama. Belajar fiqh pada Syekh Saleh Bafadal, Syekh Sa’id Tamami dan Syekh Sa’id Babusyel. Belajar hadits dengan Mufti Syafi’i, ilmu falaq pada Kyai Asy’ari Bawean, ilmu qiraah dan Syekh Ali Misri Makkah.
Berikut ini merupakan sejumlah pembaruan atau kepeloporan K.H. Ahmad Dahlan dalam merintis dan meletakkan dasar gerakan pembaruannya yaitu:
1. Meluruskan arah kiblat dan menjauhkan praktik keagamaan dari syirik, tahayul, bid’ah dan khurafat.
2. Pembinaan umat melalui pengajian-pengajian secara melembaga.
3. Mempelopori pendirian sekolah/madrasah modern.
4. Mendirikan PKU, Panti Asuhan dan pelayanan sosial.
5. Mendirikan Taman Pustaka, Majalah Suara Muhammadiyah, dan Lembaga Penolong Haji, dan lain sebagainya.
Sebab-sebab Subjektif dan Objektif Berdirinya Muhammadiyah
1. Faktor SubjektifBerdasar pada pemahaman terhadap QS. Ali-lmran ayat 104 tersebut K.H. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk mendirikan perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang teratur dan rapi. Persyarikatan ini didirikan dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar, mengembalikan umat Islam yang telah menyimpang ke jalan yang telah digariskan oleh Allah Swt dan Rasulullah Muhammad saw.
Oleh sebab itu, maka faktor subjektif yang dimaksud adalah dorongan dari dalam diri K.H. Ahmad Dahlan dalam mengimplementasikan isi kandungan AI-Qur’an ke dalam kehidupan nyata.
2. Faktor Objektif
Terdapat beberapa faktor objektif yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah. Faktor objektif ini dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu internal dan eksternal.
Persolan internal yang dimaksud meliputi beberapa hal, yakni:
- Al-Qur’an dan Sunnah nabà tidak dilaksanakan secara murni dan konsekwen.
- Semakin merosotnya kondisi umat Islam, baik dalam bidang ekonomi dan politik, yang disebabkan karena adanya sikap apatis terhadap masalah duniawi.
- Tidak efisiennya lembaga-lembaga pendidikan Islam (pesantren) sehingga lulusannya belum dapat mengemban misi selaku khalifah Allah di atas bumi.
- Tidak adanya jalinan ukhuwah Islamiyah yang kuat untuk membela kepentingan umat Islam.
- Adanya kolonialisme dan imperialisme Belanda yang mengakibatkan umat Islam dan bangsa Indonesia dalam kesengsaraan dan kemiskinan.
- Adanya gerakan Kristenisasi dan pemerintahan Belanda
- Sikap para cendekiawan Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan Barat dan menganggap Islam tidak sesuai dengan kemajuan zaman.
- Adanya pengaruh dan gerakan reformasi dan modernisasi Islam yang dipelopori oleh lbnu Taimiyah, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
Tantangan dan usaha-usaha K.H. Ahmad Dahlan dan para sahabatnya dalam mendirikan dan memperjuangkan Muhammadiyah
Dalam upaya menangani persoalan kebodohan, keterbelakangan, kristenisasi dan penyebaran ajaran agama Islam kepada masyarakat luas, K.H. Ahmad Dahlan melakukan pembaruan di bidang pendidikan. Pembaruan tersebut dilakukan dengan mendirikan sekolah/madrasah bersistem modern. Sekolah/madrasah ini tidak hanya mengajarkan ilmu agama saja, tetapi juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum. Dengan sekolah/madrasah bersistem modern ini, anak-anak muslim bumi putera diharapkan memperoleh wawasan luas mengenai persoalan dunia dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai dan spiritualitas Islam.Ternyata pemikiran K.H. Ahmad Dahlan tersebut belum mendapatkan respon positif dan para santri dan penduduk Kauman. Sebagian dan mereka bersikap acuh tak acuh dan bahkan ada juga yang secara tegas menolak niatan pendirian lembaga pendidikan modern itu karena dianggap menyalahi tradisi umat Islam. Ide yang dikemukakan oleh K.H. Ahmad Dahlan dianggap menyalahi tradisi pendidikan Islam yang berkembang. Akan tetapi sebagai pribadi yang berpendirian teguh, K.H Ahmad Dahlan tidak menghiraukan respon kurang mendukung yang ditampilkan oleh sebagian penduduk Kauman tersebut.
Sekalipun telah mendapat dukungan dan Budi Utomo, namun usaha yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan juga mendapatkan banyak rintangan. Indikasi rintangan tersebut sudah disadari oleh K.H. Ahmad Dahlan, mengingat saat mensosialisasikan gagasannya tentang pendirian sekolah/madrasah modern, penolakan dan penentangan penduduk Kauman sudah mengemuka. Berangkat dari indikasi tersebut beliau sudah bersiap diri dengan berbagai hujatan dan olok-olokan yang mungkin akan ia terima dan sebagian penduduk Kauman. Sampai akhirnya saat itu ia dituduh sebagai kyai palsu, kristen alus, dan bahkan dianggap kafir. Beragam tuduhan itu dilancarkan karena K.H. Ahmad Dahlan mengadaptasi model pendidikan sekolah Belanda, yang bagi sebagian umat Islam telah dipandang mewakili kaum Kristen dan kafir.
Pada tanggal 1 Desember 1911, K.H. Ahmad Dahlan mulai merintis amal usaha di bidang pendidikan, yakni Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah atau Sekolah Rakyat. Sekolah ini menggunakan sistem pendidikan Barat. Kurikulum yang digunakan adalah perpaduan antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum, atau yang biasa disebut dengan sistem integralistik. Proses belajar mengajar diselenggarakan di dalam kelas dengan menggunakan meja, kursi dan papan tulis. Peserta didiknya pun terlihat sangat rapi dan bersih, sebab mereka mengenakan seragam dan bersepatu. Selain itu peserta didik juga diajarkan untuk bernyanyi do, re, mi, fa, sol dengan bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Arab serta bahasa Belanda.
Seiring berjalannya waktu, rintisan sekolah/madrasah ini terus berkembang, hingga pada suatu ketika K.H. Ahmad Dahlan mendapat usulan cerdas dan salah seorang siswanya, agar lembaga pendidikan yang didirikannya itu tidak dipegangnya sendiri. Sebab jika suatu saat beliau meninggal dunia, dan tidak ada ahli waris yang mampu meneruskan perjuangannya, maka lembaga pendidikan yang telah didirikannya itu akan berhenti.
Lebih lanjut, akhirnya, setelah bertambahnya pengalaman, melalui berbagai pertemuan, pematangan rencana, diteruskan dengan persiapan untuk membentuk sebuah organisasi, maka pada tanggal 08 Dzulhijjah 1330 H, bertepatan dengan18 November 1912 M, berdirilah gerakan Islam yang diberi nama MUHAMMADIYAH. Deklarasi berdirinya Muhammadiyah dilakukan di tempat terbuka yakni di gedung Loodge Gebouw di Malioboro Yogyakarta (Sekarang gedung DPRD Provinsi DIY). Hal ini bertujuan agar berdirinya Muhammadiyah diketahui oleh pemerintah dan pejabat kesultanan hingga masyarakat luas.
Post a Comment
2. Komentar sensitif akan dihapus
3. Gunakan bahasa yang sopan dan saling menghargai perbedaan pendapat dan sudut pandang