Kisi-Kisi dan Nilai Doremi, Why?
Kisi-kisi membantu mempermudah belajar siswa sehingga belajarnya terfokus pada materi-materi yang akan keluar saja. Harapan guru, ketika ada kisi-kisi maka hasilnya akan memuaskan. Bahkan tak doakan bersama dan diaminkan para siswa, saat terakhir kegiatan belajar sebelum tes, agar hasilnya memuaskan.
Anomali memang, ada kisi-kisi tak merubah kebiasaan sebagian dari mereka untuk belajar. Tetap saja nilainya doremi. Tak dikasih kisi-kisi nanyain, dikasih tidak dibaca dan belajar dari kisi-kisi itu. Tetap saja nilainya doremi.
Selang satu hari setelah mapel saya diujikan; ketika selepas mengawas keluar ruangan sambil menyapa para siswa yang baru saja keluar ruangan. Saya bilang. Gimana soalnya mudah atau sulit? salah satu dari mereka menjawab; sulit pak, sulit. sambil tersenyum saya masuk ruangan pengawas.
Soal yang mudah pun terasa sulit bagi yang tidak belajar, apalagi soal yang sulit. Sebaliknya soal sulit pun terasa mudah jika belajar, apalagi soal yang mudah.
Saya selalu bilang pada siswa, tingkatkan literasi membaca dan memahami soal-soal dengan baik ketika tes. Agar hasilnya memuaskan. Siswa yang rada ndableg (rese, red) akan bilang, ga apa-apa remidi karena mencontek ke temannya, kan nanti bisa remidi bareng. Apa yang ada dirasa dan dipikirkan siswa model begini. Susah menjadi pribadi yang mandiri dalam tes, selalu mengandalkan temannya dalam mengerjakan soal-soal.
Walaupun tidak semua mengecewakan, setidaknya sebagian nilai-nilai doremi ini menghiasi rapot penilaian tengah semester (PTS) mereka para siswa yang nilainya tidak memenuhi ketuntasan minimal.
Yang saya prihatin, siswa tidak prihatin dengan nilainya yang tidak memuaskan tersebut. Mereka pikir, nanti juga naik kelas. Susah bukan?
Ketika kegiatan membaca buku diganti dengan memeluk handphone, bahkan sampai bangun tidur pun yang pertama kali dicari adalah handphone, begitukah menuhankannya?
Ok, handphone ini bukan barang haram, dan tidak pula dilarang menggunakannya; hak masing-masing orang, dan memang sudah zamannya demikian. Namun harapan saya, handphone ini bisa dijadikan sarana untuk meningkatkan literasi membaca. Membaca ebook seputar pelajaran dan pengayaan yang ada kaitannya dengan pelajaran.
Terakhir perkataan saya, mungkin dua perkataan berikut ini bisa menginspirasi kalian menjadi lebih baik.
Buku adalah pembawa peradaban. Tanpa buku, sejarah itu sunyi, sastra itu bodoh, sains lumpuh, pemikiran dan spekulasi terhenti. Buku adalah mesin perubahan, jendela di dunia, mercusuar yang didirikan di lautan waktu." - Barbara W. Tuchman
Dimana ada kemauan disitu ada jalan - Salam sukses dan bahagiaMakin aku banyak membaca, semakin aku banyak berpikir; semakin aku banyak belajar, semakin aku sadar bahwa aku tak mengetahui apa pun". – Voltaire
Post a Comment
2. Komentar sensitif akan dihapus
3. Gunakan bahasa yang sopan dan saling menghargai perbedaan pendapat dan sudut pandang